JAKARTA (Reuters) – Sebuah proposal oleh menteri perikanan baru Indonesia untuk menghapus batas atas ekspor bayi lobster telah mendapat kecaman, dengan para kritikus mengatakan itu dapat menghabiskan stok di seluruh nusantara dan meningkatkan industri perikanan di negara-negara pesaing.
Menteri Perikanan Edhy Prabowo, yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Oktober, mengatakan pembukaan kembali ekspor larva lobster, yang dikenal sebagai benih, akan membantu mendukung mata pencaharian.
Edhy berpendapat bahwa larangan ekspor yang ada mendorong penyelundupan dan orang Indonesia dapat menjual benih ke Vietnam, di mana budidaya lobster lebih berkembang, media melaporkan.
Mantan menteri perikanan Susi Pudjiastuti, yang populer karena meledakkan 556 kapal asing yang ditangkap secara ilegal menangkap ikan, menerapkan larangan menangkap dan mengekspor lobster yang panjangnya lebih kecil dari 8cm, atau berat 200g, pada tahun 2016, untuk melestarikan populasi.
Susi membela kebijakannya pada hari Selasa dalam pesan di Twitter, termasuk video dirinya di pantai kota penghasil lobster Trenggalek, di provinsi Jawa Timur, berbicara tentang pentingnya tidak mengeksploitasi krustasea secara berlebihan.
“Jika kita tidak peduli dan kita tidak menghentikan penangkapan benih lobster kita, kita hanya akan memperkaya Vietnam dan Indonesia tidak akan pernah melihat lobster lagi di lautan kita,” katanya, duduk bersila di pantai.
Isu tersebut mendorong intervensi Presiden Joko Widodo setelah viral di media sosial dengan tagar di Twitter seperti #lindungilobsterkita (lindungi lobster kita) menjadi tren.
Jokowi mengatakan peninjauan kembali larangan tersebut seharusnya tidak hanya mempertimbangkan aspek lingkungan, tetapi juga aspek ekonomi.
“Jangan hanya mengatakan tidak (untuk ekspor). Keseimbangan diperlukan, tetapi juga, seharusnya tidak semuanya ditangkap di mana-mana untuk ekspor. Itu juga salah,” katanya.