DHAKA (AFP) – Puluhan orang terluka pada Minggu (28 Februari) ketika polisi Bangladesh menembakkan peluru karet dan gas air mata ke aktivis oposisi untuk mencegah protes baru atas kematian seorang penulis di penjara, kata polisi dan seorang pejabat partai.
Rekaman langsung dari stasiun televisi lokal Channel 24 menunjukkan jalan dan jalan setapak di depan National Press Club – tempat protes favorit di ibukota Dhaka – berubah menjadi medan pertempuran ketika polisi memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat untuk membubarkan mereka.
Bentrokan terjadi ketika aktivis mahasiswa dari oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) melemparkan batu dan menyerang petugas dengan pipa plastik, mendorong polisi untuk membalas dengan “menembakkan peluru karet dan gas air mata”, Wakil Komisaris polisi Dhaka Sazzadur Rahman mengatakan kepada AFP.
“Mereka tidak mengambil izin (untuk protes),” tambahnya, membela langkah polisi untuk membersihkan para pengunjuk rasa.
Juru bicara BNP Rizvi Ahmed mengatakan sekitar 30 aktivis mahasiswa partai termasuk seorang pemimpin senior terluka dalam bentrokan tersebut. Beberapa polisi juga terluka, termasuk seorang petugas yang dilarikan ke rumah sakit.
Dia mengatakan lebih dari 500 pengunjuk rasa berada di klub pers, mencoba membentuk rantai manusia untuk memprotes kematian penulis Mushtaq Ahmed, yang pingsan di penjara keamanan tinggi di utara Dhaka dan meninggal Kamis malam.
Dia membela partai yang tidak meminta izin untuk protes di National Press Club, mengatakan bahwa secara historis tidak ada izin yang diperlukan untuk mengadakan demonstrasi di sana.
“Ketika mereka berdiri di sana untuk rantai manusia, (polisi) menyerang tanpa pandang bulu,” katanya.
“Ini adalah pembunuhan,” katanya tentang kematian Mushtaq Ahmed. “Kami pikir negara terlibat.” Kelompok hak asasi internasional dan lokal telah menuntut penyelidikan cepat atas kematian penulis 10 bulan setelah ia ditangkap atas komentar yang diposting di media sosial.
Duta besar dari 13 negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Kanada dan Jerman, menyatakan “keprihatinan serius” atas kasus ini.
Dia telah ditahan di bawah undang-undang keamanan digital kontroversial yang menurut para kritikus digunakan untuk memberangus perbedaan pendapat.
Ahmed ditolak jaminan setidaknya enam kali.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina pada hari Sabtu mengabaikan kritik terhadap catatan hak pemerintahnya, kekhawatiran internasional atas undang-undang internet dan kematian Ahmed.
Demonstran telah berbaris di Universitas Dhaka selama beberapa hari terakhir meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk perlakuan pemerintah terhadap Mushtaq Ahmed serta penulis, jurnalis dan aktivis lainnya.